Perkenalkan, nama saya Isma Bela Danova. Orang-orang biasa memanggil Bela atau Isma. Tapi ya terserah mau manggil apa lagi, monggo aja. Sedikit cerita tentang kisah hidup, saya lahir di Bontang, Kalimantan Timur. Walaupun lahir di Kalimantan, tapi sama sekali tidak bisa bahasa daerah sana. Sampai umur 3 tahun, saya sekeluraga pindah ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (Yuyu, 1999) . Saya tinggal di Lombok sampai berumur kurang lebih 7 tahun. Selama 4 tahun itu pula saya juga tidak bisa bahasa daerah sana. Kemudian pindah lagi ke pulau sebelah, Sumbawa. Sumbawa merupakan pulau yang indah dengan pantai-pantainya yang eksotis (Tutik, 2001) . Jarak rumah ke pantai bisa dikatakan cukup dekat. Apalagi sempat ada transportasi sejenis bis yang mengantarkan orang-orang ke pantai, dan itu tanpa dipungut biaya. Jadi tiap hari, mau kapan pun, jam berapapun bisa ke pantai. Pokoknya kalau berbicara soal pulau satu itu gak ada habisnya. Bahagia juga pernah tinggal di sana. (Danova, 2014)
Singkat cerita, sekitar tahun 2007-2008 saya pindah ke Yogyakarta. Kota Yogyakarta dikenal dengan kota pelajar. Budayanya yang masih kental pun juga terkenal di seluruh Indonesia, bahkan dunia (Tutug, 2013) . Banyak orang yang pergi ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya. Sampai pada tahun 2013, saya mulai mendaftar PTN. Niat awal pas masih SMP mau ambil kedokteran. Setelah dipikir-pikir, otak sepertinya kurang mampu buat masuk sana, apalagi kedokterannya UGM. Pas kelas 11 SMA tiba-tiba kepikiran masuk geologi UGM. Yaudah deh, SNMPTN akhirnya memutuskan buat ambil geologi UGM. Eh ternyata pas pengumuman gak keterima (Mami, 2014) . Hahahaha. Yaudah deh plan kedua dijalankan. Daftar di UPN Jogja, tapi gak ngambil geologinya. Banyak yang ngasih masukan buat ambil teknik lingkungannya. Katanya sih teknik lingkungannya beda. Dan ternyata keterima, resmi jadi mahasiswa Teknik Lingkungan UPN Veteran Yogyakarta (Yahud, 2004) .
Mulai menjalankan hidup sebagai mahasiswa. Ternyata tidak seperti bayangan pas masih sekolah. Biasanya iri lihat mahasiswa-mahasiswa pada pergi ke kampus gak mesti jam 7 pagi. Ada yang jam 1 siang, sore bahkan ada. Jadi gak penuh sehari belajarnya. Eh ternyata pas semester 2 mulai kerasa jadi sebenar-benarnya mahasiswa. Praktikum, laporan, konsul, revisi, konsul lagi, praktikum lagi. Gitu terus. Bahkan seminggu 7 hari, sehari 24 jam, rasanya kurang. Belum PR dari mata kulia (Danova, Capicantik, 2001) . Welcome to the real life. Ternyata eh ternyata, semester 3 lebih berat lagi. Ada 4 praktikum. Walaupun kuliah cuma dari hari senin sampai jumat, tapi hari-hari lainnya dipakai buat konsul sama ngerjain laporan. Kalau dulu waktu masih kecil, tidur jam 10-11 itu udah termasuk malem banget. Sekarang tidur jam 12-1 udah bersyukur banget, udah termasuk tidur yang cepet. Bahkan pas responsi kemarin semester 2 sempet gak tidur, eh paginya kuliah. Gak tau deh nanti responsi semester ini (Runingsih, 2012) . Kalo ke kampus pas pagi hari, akan terlihat banyak zombie berkeliaran dengan ciri-ciri kantung mata hitam, muka pucat, dan lemas. Tapi semoga seperti pribahasa “apa yang ditanam, itulah yang dipanen”. Kurang lebihnya sih gitu bunyinya. Jadi sekarang bersusah-susah dahulu, semoga nanti hasilnya sesuai dengan kerja keras sekarang. Uhuuy (Suyati, 1998) .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar